Jarak dan Waktu yang Menguatkan

Gabriella Odelia (Ella) dan George Damianus sudah mengenal satu sama lain sejak SMA. Mereka bertemu di bangku kelas dua SMA, saat Ella baru pindah ke sekolah tersebut. George adalah teman sekelas Ella yang selalu ceria, penuh energi, dan memiliki semangat yang menular. Di tengah kesibukan di sekolah yang penuh tugas dan ujian, mereka berdua saling menemukan kenyamanan, dan dari persahabatan itulah cinta mereka mulai tumbuh.

Tahun demi tahun berlalu, dan hubungan mereka semakin dalam. Mereka berbagi cerita, tawa, bahkan mimpi masa depan. Namun, ketika kelulusan SMA tiba, kehidupan mereka mulai diuji. Ella diterima di universitas ternama di Melbourne, Australia, sedangkan George memilih untuk tetap di Indonesia dan melanjutkan kuliah di sebuah universitas di Jakarta.

“Ella, aku akan merindukanmu,” kata George saat mereka berdiri di bandara, menunggu keberangkatan Ella ke Melbourne.

“George, kita akan bertahan, kan? Kita sudah saling berjanji,” jawab Ella dengan senyuman, meskipun hati mereka berdua tahu bahwa LDR bukanlah hal yang mudah.

Kehidupan mereka berdua berubah drastis. Jarak ribuan kilometer memisahkan mereka, namun komunikasi tetap terjalin. Telepon dan pesan singkat menjadi penghubung utama mereka. Setiap kali akhir pekan, mereka akan berbicara lewat video call, berbagi cerita tentang kuliah, tentang teman-teman baru, dan tentang kehidupan mereka yang berbeda. Meski begitu, ada rasa kosong di hati mereka, karena tidak bisa bertemu secara langsung.

Tahun demi tahun berlalu, Ella berhasil menyelesaikan kuliah di Melbourne dengan gemilang, namun hubungan mereka mulai diuji oleh waktu dan jarak. Kadang mereka merasa kesulitan menjaga api cinta tetap menyala, terutama ketika kesibukan masing-masing semakin padat. Namun, dalam setiap percakapan mereka, selalu ada janji untuk bertemu lagi, suatu saat nanti.

Setelah lulus kuliah, Ella kembali ke Indonesia untuk mencari pekerjaan, sementara George sudah menyelesaikan kuliahnya beberapa tahun sebelumnya dan kini bekerja di sebuah perusahaan besar. Mereka sepakat untuk mencari waktu bertemu lagi, dan tak lama setelah itu, mereka berdua bertemu di gereja tempat mereka pertama kali bertemu, dimana gereja itu menjadi saksi perjalanan cinta mereka.

“Ella...” George berbisik pelan saat melihat Ella masuk ke gereja itu. Matanya berkaca-kaca, dan hati keduanya berdebar kencang, seperti pertama kali mereka bertemu.

Ella tersenyum lebar, “George, aku tidak menyangka kita bisa bertemu di sini, setelah semua tahun-tahun itu.”

Mereka berdua duduk bersama di bangku gereja yang sama, meski sudah bertahun-tahun tidak bertemu, namun rasanya seperti tak ada waktu yang terlewat. Di tengah misa, mereka berdoa bersama, berterima kasih karena akhirnya Tuhan mengembalikan mereka pada satu sama lain.

Setelah misa selesai, George menggenggam tangan Ella. “Aku ingin kita tidak terpisah lagi, Ella. Aku ingin melanjutkan perjalanan hidup ini bersamamu, selamanya.”

Ella menatap George, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. “Aku juga, George. Aku ingin kita berjalan bersama, bukan hanya di masa depan, tapi sekarang.”

Mereka pun mulai menjalani kehidupan mereka kembali bersama. Tak lagi ada jarak yang memisahkan, dan mereka berdua semakin yakin bahwa Tuhan telah mempersatukan mereka kembali setelah semua waktu dan tantangan yang mereka lewati. Mereka menghabiskan banyak waktu bersama, berbicara tentang masa depan mereka, dan merencanakan langkah-langkah berikutnya.

Beberapa tahun setelah pertemuan mereka di gereja, George mengajak Ella untuk berjalan di taman kota. Di bawah langit yang cerah, George berhenti dan menatap Ella dengan serius.

“Ella, aku ingin bertanya sesuatu yang sangat penting,” kata George dengan suara pelan namun penuh arti.

“Apa itu, George?” jawab Ella dengan tatapan penuh harap.

George berlutut di depan Ella dan mengeluarkan sebuah cincin berlian. “Maukah kamu menjadi istriku, Ella? Will you marry me, Ella?”

Air mata kebahagiaan mengalir di pipi Ella saat dia mengangguk dengan cepat. “Tentu saja, George! Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu.”

Mereka berdua saling berpelukan, merasakan kebahagiaan yang tiada tara. Tuhan telah membimbing mereka, membawa mereka kembali bersama setelah bertahun-tahun terpisah oleh jarak. Cinta mereka semakin kuat, karena mereka tahu bahwa segala sesuatu yang indah membutuhkan waktu dan perjuangan.

Beberapa bulan setelah lamaran itu, mereka menikah di gereja yang sama, tempat pertama kali mereka bertemu. Di hadapan keluarga dan sahabat terdekat, mereka mengucapkan janji suci di altar. Misa pemberkatan pernikahan mereka dilaksanakan dengan khidmat, dan setiap detiknya terasa seperti anugerah.

Setelah menikah, mereka memulai kehidupan baru bersama. Setiap hari adalah perjalanan baru, penuh dengan kebahagiaan dan tantangan. Mereka saling mendukung satu sama lain, berjalan bersama dalam iman, dan berjanji untuk selalu ada dalam suka maupun duka.

Tuhan telah mengajarkan mereka bahwa meskipun jarak dan waktu sempat memisahkan, cinta yang tulus akan selalu menemukan jalannya. Kini, mereka tak lagi terpisah dan akhirnya mereka bersama sebagai pasangan suami istri, mereka merajut masa depan yang penuh harapan, membangun keluarga yang bahagia, dan terus berjalan dalam kasih Tuhan yang tak pernah pudar.

Komentar